London, 25 Juli 2021 – Riset dari perusahaan konsultan Bain & Company menunjukan bahwa perkembangan ekonomi berkelanjutan di Asia Tenggara memiliki potensi untuk menciptakan 6 juta pekerjaan dan US$ 1 triliun per tahun pada tahun 2030. Guna mengembangkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia di bidang sustainability dan ESG, Global Indonesia Professionals Association (GIPA), sebuah asosiasi non-profit untuk kalangan profesional dan eksekutif Indonesia yang bekerja di mancanegara, mengadakan forum Going Global Series: Sustainability and ESG Related Careers. “GIPA ingin menciptakan pemimpin masa depan,” ujar Steven Marcelino, Chairman GIPA sebagai kata sambutan.
Forum lalu diwarnai oleh kata pembuka dari seorang ketua dari Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), yang mengatakan bahwa isu sustainability menjadi semakin relevan dengan performa keuangan dari usaha setiap tahun. “Kini, sustainability sudah menjadi masalah tingkat board-level dan ditanggapi dengan sangat serius di masa depan perusahaan,” katanya.
Rangkaian acara Going Global Series diselenggarakan oleh GIPA setiap caturwulan, guna menghubungkan profesional dan eksekutif mancanegara dengan mahasiswa serta profesional muda Indonesia. Indonesia diproyeksikan akan memiliki defisit tenaga kerja sebanyak 3,8 juta pada tahun 2030. Rangkaian acara ini diharapkan akan meningkatkan edukasi dan kualitas SDM dari Indonesia. “Dengan Going Global Series, GIPA percaya kami dapat membantu mengisi kesenjangan bakat, dan membantu mahasiswa transisis menjadi profesional, serta profesional transisi menjadi eksekutif dengan pengalaman global.” ujar Arcky Meraxa, Ph.D., Kepala Professional Development serta Kepala Kawasan Amerika di GIPA, yang juga membimbing acara tersebut selaku moderator.
Forum ini lalu memfasilitasi diskusi antara 2 narasumber Indonesia yang berpengalaman di bidang sustainability dan ESG yang berkarir di Jepang dan Amerika Serikat, tentang cara memulai karir di bidang-bidang tersebut. Acara ini didukung oleh Indonesian Professionals Association (IPA) New York, IPA Hong Kong, The Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Acara juga disaksikan oleh 391 mahasiswa dan profesional muda yang berdomisili di 114 kota dan 21 negara secara virtual.
GIPA lalu membuka peluang bagi mahasiswa dan profesional untuk berinteraksi dengan kedua narasumber eksekutif tersebut, yaitu Ryan Hakim, Senior Fundamental Analyst di Brookfield Renewable, Amerika Serikat, dan Jessica Darmawan, ESG Associate di Nomura, Hong Kong. Narasumber kali ini diperkenalkan oleh Felix Leonard, selaku Board Member IPA-HK dan Stephanie Kalele, selaku Board Member IPA-NY, yang mewakili komunitas indonesia professional yang terdiri lebih dari ratusan anggota di negara masing masing.
Ryan Hakim, Senior Fundamental Analyst di Brookfield Renewable, Amerika Serikat memberikan arahan bagi kaum muda yang ingin memiliki pekerjaan di ESG atau sustainability ke depannya, untuk menguasai bidang engineering energi terbarukan. “Kami membutuhkan inovasi di bidang infrastruktur, tidak hanya di bidang energi tetapi juga elektrifikasi. Kami membutuhkan lebih banyak insinyur. Jika Anda mengambil master di bidang teknik, akan mudah untuk mencari pekerjaan” katanya. Untuk mendominasi bidang ESG, Ryan berkata, penting untuk menguasai satu area subjek yang khusus. “Asah sebuah subjek dan kembangkan pintasan Anda sendiri untuk mendekati subjek itu, begitulah cara Anda mengembangkan kredibilitas.”
Jessica Darmawan, ESG Associate di Nomura, Hong Kong sudah menempuh karir di ESG selama 10 tahun, sebelum tren ESG muncul di seluruh dunia. “Ini adalah waktu yang mengasyikan untuk ESG. Banyak inovasi baru, dan produk ESG telah mengungguli produk keuangan tradisional,” katanya. Ia juga memberi arahan agar peserta yang ingin karir di ESG untuk memiliki public speaking dan people skills. “Bekerja di ESG, Anda harus mengatasi banyak tantangan dunia yang besar. Anda perlu berinteraksi dengan banyak mitra dan stakeholder. Di sekolah dulu, saya selalu mengikuti partisipasi MUN dan debat. Ini memberikan banyak kesempatan berbicara secara umum. Salah satu kelas favorit saya saat S2 Bisnis adalah negosiasi. Saya belajar untuk menemukan kesamaan dan kolaborasi dengan sesama.”
M Pradana Indraputra, selaku Staf Khusus Pengembangan Kewirausahaan Nasional BPKM menutup acara ini dengan menekankan pentingnya ESG untuk ekonomi bangsa. “Data menunjukkan bahwa ESG sangat penting dan merupakan masa depan investasi,” katanya. “Untuk pemerintah, salah satu tugas kita adalah menarik investor asing. Mereka menanyakan bagaimana pemerintah bisa mengatur dan memastikan kondisi lingkungan di Indonesia. Ada banyak pekerjaan yang akan dibutuhkan di ESG.”
Kedua perspektif ini disambut dengan hangat dari peserta forum yang berinteraksi dalam sesi tanya jawab. Dengan forum ini, GIPA berharap untuk dapat terus mendukung perkembangan sumber daya alam manusia di Indonesia untuk meraih perkembangan ekonomi kelas dunia.
Narahubung:
Kezia Kho, Public Relations and Media Officer